Kamis, 17 November 2011

PERNYATAAN RAG TENTANG KTT ASEAN

PERNYATAAN RAG
PERCEPATAN DAN PERLUASAN ASEAN KE DALAM
RANTAI PASOKAN GLOBAL
HANYA MENGUNTUNGKAN ELIT ASEAN
Menyambut ASEAN Summit XIX di Bali Indonesia

Penyelenggaraan ASEAN Summit XIX di Bali, Indonesia pada 17-19 November 2011 serta keketuaan Indonesia di ASEAN, nampaknya tidak membawa manfaat berarti buat bangsa Indonesia sendiri. Indonesia hendak menggolkan Bali Concord III dengan judul “ASEAN Nations in Global Community of Nations”. Substansinya adalah semakin mengintegrasikan ASEAN ke dalam proses globalisasi produksi, investasi, jasa, modal dan tenaga trampil dalam rantai pasokan (supply chain) skala global.
Sebagaimana disinggung dalam pidato pembukaan presiden Susilo Bambang Yudhoyono di KTT ASEAN pada tanggal 17 November 2011, maka ASEAN akan semakin memantapkan ASEAN Economic Community (AEC) dengan memperkuat ASEAN Connectivity yang berkoneksi dengan program nasional MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Ini adalah inti dasar dari penyelenggaraan ASEAN Summit kali ini.
Disebut sebagai “Master Plan on ASEAN Connectivity” yang ditetapkan pada Oktober 2010 di Hanoi, akan kembali dikukuhkan dalam Dokumen tentang ASEAN Connectivity pada KTT kali ini. Intinya adalah mengintegrasikan ASEAN ke dalam rantai pasokan global (global supply chain). Sampai saat ini ASEAN sudah mengagendakan pelaksanaan Koridor Ekonomi (KE) di seluruh wilayah ASEAN, yaitu:
  1. Program Kerjasama Ekonomi Sub-Wilayah Mekong Besar (Greater Mekong Sub-region Economic Cooperation Program/GMS-ECP):
(1) Koridor Ekonomi Timur-Barat (East-West Economic Corridor/EWEC);
(2) Koridor Ekonomi Utara-Selatan (North-South Economic Corridor/NSEC); dan
(3) Koridor Ekonomi bagian Selatan (Southern Economic Corridor/SEC), yang kemudian ditambah lagi dengan dua sub-koridor, yaitu: (a) Sub-Koridor Pantai bagian Selatan (Southern Coastal sub-corridor); dan (b) Sub-Koridor Bagian Utara (Northern sub-corridor)
  1. Koridor Ekonomi di Malaysia: 5 KE
  2. Koridor Ekonomi di Indonesia: 6 KE (dibawah MP3EI)
Di dalam koridor ekonomi ASEAN ini, maka prasyarat utama bagi berlangsungnya rantai pasokan adalah dengan membangun infrastruktur-infrastrutkur besar seperti jalan raya, jembatan, jalur kereta api, pelabuhan, bandara dan sebagainya. Ini artinya akan ada berbagai mega-proyek yang luar biaya besarnya di seluruh wilayah ASEAN. Di Indonesia, berbagai proyek infrastruktur MP3EI telah dijajakan di berbagai forum internasional, termasuk forum G-20 dan APEC. Kali ini di ASEAN Summit tempat “menjual” infrastruktur tersebut adalah di ASEAN Business and Investment Summit yang diadakan paralel yaitu tanggal 16-18 November 2011.
Sayangnya proyek-proyek ASEAN Connectivity ini sebenarnya tidaklah berorientasi kepada kebutuhan rakyat ASEAN sendiri. Konektivitas ASEAN berorientasi kepada kebutuhan bisnis dan investasi dalam rangka membangun rantai pasokan bahan mentah dan logistik pasokan tersebut. Seperti diketahui, Asia Timur dan ASEAN telah menjadi basis produksi dari berbagai industri global. Kini juga menjadi “bemper” dari krisis global yang melanda Eropa dan juga AS. Dalam hal ini kepentingan baik AS maupun China adalah sama, yaitu mengamankan produksi dan investasi global agar tidak ikut kolaps dari krisis keuangan dan utang.
Jadi bertolak-belakang dengan slogan ASEAN yang menyatakan “People’s Centered, People’s Oriented, People’s Driven”. Seluruh skema Bali Concord III hanya akan melayani rantai pasokan global agar industri dan investasi kapitalisme global dapat terus berjalan. Di lain pihak, Koridor Ekonomi akan semakin mempercepat dan memperluas eksploitasi kapitalisme global dalam hal bahan-bahan mentah tambang, minyak dan gas, serta berbagai komoditas pertanian,  perkebunan dan perikanan di berbagai negara ASEAN, khususnya Indonesia yang kaya sumberdaya alam. Hal-hal ini sangat jauh dari orientasinya pada rakyat, berpusat pada rakyat maupun didorong oleh rakyat. Malahan rakyat tidak mendapat tempat dalam KTT ASEAN XIX kali ini. Malahan akan terjadi perampasan lahan, monopoli tambang dan lahan perkebunan agribisnis, monopoli rantai perdagangan dan eksploitasi yang menyedot sumber alam rakyat.
Di Indonesia, maka MP3EI hanya akan mengekalkan dan melestarikan posisi Indonesia sebagai pemasok bahan mentah, persis sama dengan posisinya dari sejak jaman kolonial. Sebagai pemasok bahan mentah dan komoditas mentah, maka rakyat Indonesia akan tetap miskin dan tidak pernah mendapatkan nilai tambah. Semua keuntungan hanya dinikmati oleh modal asing dan para kompradornya yang mengambil keuntungan rente dari kekayaan alam Indonesia. Itulah sebabnya Indonesia tercepat penambahan orang super-kayanya di ASEAN, khususnya kaya karena batu-bara dan sawit. Sementara itu rakyat tidak mendapat apa-apa, lingkungan  menjadi hancur dan sumberdaya alam terkuras habis. Ini adalah bentuk Neo-Kolonialisme.
Kesimpulannya ASEAN Summit kali ini tidak juga membawa kemanfaatan bagi rakyat ASEAN sendiri. ASEAN tetap bersifat elitis, dan bahkan kini hanya akan melayani elit-elit bisnis dari negara-negara mitra dagang utamanya, lewat pembangunan infrastruktur rantai pasokan dan logistik. ASEAN tetap hanya menjadi pemasok bahan mentah dan komoditas mentah saja. Juga semakin dipercepatnya dan diperluasnya proses liberalisasi di seluruh kawasan ASEAN, bahkan hingga ke daerah-daerah pelosok yang belum terjamah modal sebelumnya. Akibatnya ASEAN tidak akan pernah beranjak menjadi kawasan bagi eksploitasi negara-negara besar disekelilingnya, baik di dalam kawasan Asia Timur maupun Asia Pasifik. Bahkan proses-proses berikutnya akan semakin membenamkan ASEAN dalam ketergantungan dan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar. Dan ASEAN Summit mengesahkan proses brutal tersebut.
Denpasar, Bali, 18 November 2011
Bonnie Setiawan
Direktur Eksekutif

Resistance and Alternatives to Globalization (RAG)
Kontak: 081315540553, bosetia@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar